Kepribadian, Kinerja Hingga Endorsement Jokowi Jadi Penopang Elektabilitas Prabowo Cenderung Meningkat

    Kepribadian, Kinerja Hingga Endorsement Jokowi Jadi Penopang Elektabilitas Prabowo Cenderung Meningkat
    Kepribadian, Kinerja Hingga Endorsement Jokowi Jadi Penopang Elektabilitas Prabowo Cenderung Meningkat

    Direktur Lembaga Survei Nasional (LSN) Dr. Gema Nusantara Bakry merilis hasil survei terbaru tentang perkembangan elektabilitas tiga capres papan atas di sembilan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar. 

    Hasilnya, Prabowo Subianto unggul di lima provinsi. Ganjar Pranowo dominan di dua provinsi, sedangkan Anies Baswedan memimpin di satu provinsi. Sementara itu di satu provinsi persaingan Prabowo dan Ganjar sangat ketat sehingga sulit untuk disimpulkan siapa yang unggul.

    Menurut temuan LSN, Kecenderungan meningkatnya elektabilitas Prabowo Subianto dipengaruhi beberapa faktor mulai dari keakrabannya dengan presiden Jokowi, mampu berkinerja terbaik bersama Kabinet Indonesia Maju, hingga kepribadian Prabowo Subianto

    “Pertama, faktor endorsement dari Presiden Jokowi. Seperti diketahui, berdasarkan hasil survei LSN dan lembaga-lembaga survei mainstream lainnya, approval rating Presiden Jokowi masih cukup tinggi (sekitar 70%). Sebab itu siapapun yang mendapatkan sinyal endorsement dari Presiden Jokowi berpeluang besar mendulang bonus elektabilitas, ” ungkapnya.

    Kedua, faktor mengalirnya dukungan dari basis massa Presiden Jokowi. Meskipun PDI Perjuangan telah memutuskan untuk mengusung Ganjar sebagai capres, ternyata para pendukung Jokowi lebih banyak menjatuhkan pilihan pada Prabowo.

    “Ketiga, faktor kapabilitas kepemimpinan Prabowo Subianto. Semua lembaga survei telah menyebutkan Prabowo adalah menteri dengan kinerja terbaik dalam 3, 5 tahun terakhir. Tak  ada  satu  lembaga riset  pun yang menyebut nama lain sebagai menteri berkinerja terbaik, ” lanjutnya

    Keempat, faktor kepribadian Prabowo yang lebih banyak bersifat positif. Ketua Umum Partai Gerindra itu cenderung mengedepankan politik sejuk, tak pernah melontarkan kritik apalagi ujaran kebencian kepada para kompetitornya, dan selalu mendorong persatuan nasional. 

    “Kelima, faktor solidnya dukungan dari mesin partai dan konstituen Partai Gerindra. Dibandingkan partai lain, mesin partai dan konstituen Partai Gerindra adalah yang paling solid mendukung capres yang diusung partainya, ” urainya.
    “Sementara itu mandek-nya elektabilitas Ganjar Pranowo sedikitnya dipengaruhi oleh empat faktor. Pertama, magnet politik Ganjar tidak sekuat Jokowi jelang Pilpres 2014 dan 2019.  Sebab itu komponen masyarakat atau komunitas pendukung Ganjar tidak bisa dibandingkan dengan Jokowi, ” sambungnya.

    Kedua, kapabilitas kepemimpinan Ganjar masih diragukan, mengingat selama ini ia lebih banyak mengekspos diri di media sosial dan kurang menunjukkan gagasan besar bagaimana membuat Indonesia lebih maju. 

    “Ketiga, Ganjar dipersepsikan publik lebih sebagai boneka atau petugas partai dan bukan seorang pemimpin yang independen dengan karakter yang kuat, “ terang Dr. Gema Nusantara Bakry

    Keempat, penolakan Ganjar terhadap kehadiran Timnas Israel yang berbuntut dibatalkannya Indonesia sebagai host Piala Dunia U-20 telah menimbulkan kekecewaan yang meluas di kalangan komunitas sepak bola Tanah Air, khususnya dari generasi muda penggila bola.

    Sedangkan terus menurunnya elektabilitas Anies Baswedan menurut analisis LSN disebabkan oleh empat faktor sebagai berikut. 

    “Pertama, sejak ditetapkan sebagai bakal capres oleh Partai Nasdem, Anies terpenjara oleh sikap politik Surya Paloh yang mendua. Di satu satu bergabung dengan Koalisi Perubahan di sisi lain ingin tetap menjadi bagian status quo pemerintahan. Ini menyulitkan Anies dalam memposisikan diri di depan publik luas, ” ungkapnya.

    Kedua, ketidakberanian Anies mengumumkan calon wakil presiden (cawapres) yang diinginkan membuat partai-partai pendukung saling wait and see dan tidak segera bergerak melakukan sosialisasi pencapresan Anies melalui mesin partai masing-masing. 

    Ketiga, Anies ternyata tidak berhasil menggerus suara atau dukungan terhadap Prabowo terutama kaum muslim perkotaan. Mayoritas dari komunitas ini ternyata masih lebih mempercayai Prabowo daripada Anies. 

    Keempat, karena Anies telah mem-branding dirinya sebagai antitesa Jokowi maka setiap kinerja Jokowi mendapatkan apresiasi positif dari publik akan berdampak pada menurunnya elektabilitas Anies. 

    “Survei LSN kali ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi mengalami kenaikan dibandingkan survei LSN sebelumnya, ” tutupnya

    suakbumi jabar prabowo
    Aa Ruslan Sutisna

    Aa Ruslan Sutisna

    Artikel Sebelumnya

    Peta Elektabilitas Capres di Sembilan Provinsi...

    Artikel Berikutnya

    Ridwan Dhani Wirianata Bicara Strategi Pemenangan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Kapolri Beri Kenaikan Pangkat Anumerta ke Almarhum AKP Ulil Ryanto
    Kapolri Sebut Pengamanan Nataru Akan Dilakukan 141.443 Personel
    Pelaku Pemukulan Pelajar Masih Berkeliaran, Kinerja Polsek Medan Area di Pertanyakan

    Ikuti Kami